Kamis, 30 April 2009

badmood

pagi2 harus k kampus karena jadi moderatornya seminar andi. sukses. pak syarif aja baek bgt.

k lab. paz lagi nyantai2 gitu, di luar sana ada rame2 gitu. denger2 ada yg bilang ada Ramon (ramon y. tungka yang artis itu kali y...). tapi si hanna bilang "1 lawan banyak" (itu loh... salah satu acara reality show). ternyata semua itu salah. yg bener adalah... ada maling. tiba2 suasana jadi ga karuan ketika tuh maling lari ke gedung ini tepatnya d lorong antara lab dan ruang baca. d depan gw man!! dengan brutal para mahasiswa dan satpam ngegebukin tuh maling tanpa rasa prikemanusiaan sama sekali.

Rabu, 29 April 2009

kecewa

hp gw bunyi... mengisyaratkan ada pesan masuk... dari gema, isinya : " Aslmkm,,Hr ini rpt presidium d kom jam 4,,"
isi sms itu cukup membuat gw tersenyum sinis. ga salah neh sms?? siapa sih gw?? i'm nothing. gw ga ngerasa sbg presidium!! karena sampe detik ini gema sbg ketum belum ngomong langsung ke gw. ga bisa bohongin perasaan, gw kecewa!! kecewa atas jawaban2 smsnya. ga cuma itu, banyak bgt yg bikin gw kecewa. ditambah lagi ada pengkhianatan yg dilakukan apri ke gw.

beberapa hari ini semua berasa complicated. gw ga yakin atas semua ini.

Minggu, 26 April 2009

louph Abu Marlo

pernah nonton acara the master yg ditayangin RCTI?? khususnya yg season 1 yah... soalna gw mau bilang, gw jatuh cinta ama Abu Marlo, runner up the master season 1.


gagal

rencananya tadi sore mau meluncur ke lampung. tapi paz nyampe d gambir dan mau beli tiket damri, ternyata tiketnya sold out. hufff... batal deh sore ini meluncur ke sang bumi ruwa jurai. sedihnya, kangen lampung banget!!

Jumat, 24 April 2009

BE 8540 CE



kesayangan gw neh...
hasil gawe setahun lebih, dapet ini.
alhamdulillah.

ngayal

dulu, gw cinta mati ma nih mobil. ampe sekarang sih masih jagoan gw.



tapi sekarang

ni dia neh... mobil fav. gw yg baru... mudahan suatu saat gw akan mengendarainya keliling lampung. mantab dah...

nekat

siang itu,, ei dateng mo minjem tas sekalian minta temenin ke RS bikin surat keterangan sehat dan bebas narkoba gitu. di jalan, ga tau basa basi apa beneran, ei ngajakin gw gitu k Jkt. y gw bilang aja, gw minta ijin dulu lah ma nyokap.

di rumah, paz gw nanya boleh apa ga gw ke Jkt. eh,, ternyata dibolehi. ga nyangka gw.

akhirnya,, berangkat deh ke Jkt.

asli, modal nekat deh ke Jkt kali ini. bayangin man... gw cuma bawa duit pekgo alias 150ribu. itu pun ongkos berangkat dibayarin. jadi cepek buat ongkos pulang. nah, gocap ini pegangan gw. man,, gocap bisa apa d Jkt??

http://pemilu.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/04/17/274/211406/kecenderungan-koalisi

Kecenderungan Koalisi
Jum'at, 17 April 2009 - 10:16 wib
-
text TEXT SIZE :
Share

Riak politik pascapemungutan suara 9 April 2009 kembali bergerak memusat. Percaturan para elite politik partai yang merasa sudah berhasil mengumpulkan suara rakyat sebagai modal transaksi politik gamblang dipertontonkan.

Kita bisa menyaksikan manuver beberapa elite menjajaki berbagai kemungkinan koalisi sebagai penanda tengah berlangsungnya penyatuan dan pembelahan kekuatan politik di tingkat nasional. Quick count lima lembaga, Lembaga Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Lembaga Survei Nasional (LSN), LP3ES, dan CIRUS, menunjukkan bahwa dari hasil Pemilu 9 April 2009 kemungkinan hanya ada sembilan partai politik yang lolos ke Senayan, yaitu Partai Demokrat, PDIP, Golkar, PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, dan Hanura.

Sementara 29 partai politik lain tidak bisa ke Senayan karena tidak mencapai ambang batas (parliamentary threshold) 2,5%. Berdasarkan hasil perhitungan cepat tersebut, Demokrat keluar sebagai pemenang pemilu legislatif. Namun, perolehan suara sekitar 20% tentu belum mencukupi untuk membangun sebuah pemerintahan yang kuat. Mau tidak mau Partai Demokrat masih harus memperhitungkan koalisi.

Dalam membangun koalisi, bila SBY dalam pertimbangannya menginginkan pemerintahan yang kuat dan efektif, mau tidak mau pendukung koalisi tidak cukup hanya dari PKS dan PKB karena belum mayoritas di DPR. Karena itu perlu ada tambahan anggota pendukung koalisi. Dalam konteks itu, penulis memprediksi bahwa SBY dan Demokrat cenderung tetap mengajak Golkar dalam berkoalisi. SBY sadar jika Golkar tidak diajak bergabung dalam koalisi, dia akan kewalahan berhadapan dengan DPR karena nantinya akan menghadapi dua "raksasa" di DPR, yaitu PDIP dan Golkar.

Kalau bisa dijadikan kawan, lalu kenapa pula harus dijadikan lawan? Pertimbangan lain untuk tetap mengajak Golkar tentu karena kontribusi Golkar dalam pemerintahan SBY-JK. Seandainya Golkar tidak bergabung dalam pemerintahan, semua program pemerintah tentu tidak akan terlaksana. APBN bakal susah mendapatkan pengesahan dan selalu akan ada hambatan-hambatan di parlemen.

Bahkan, jika SBY mengadu kepada mayoritas rakyat yang memilihnya dan DPR dibenci semesta rakyat, kebijakan pemerintah urung bisa dilaksanakan tanpa persetujuan DPR. Jika tidak ada Partai Golkar di pemerintahan pada 2004, kesuksesan pemerintahan yang dikampanyekan SBY adalah kemustahilan.

Segala klaim kesuksesan, dari penurunan harga BBM, swasembada beras, penghapusan utang (yang sebenarnya masih bisa diperdebatkan), PNPM Mandiri, Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR), tidak akan pernah bisa berjalan tanpa dukungan Golkar di parlemen. Bahkan, penambahan menteri dari unsur Golkar pun belum sebanding dengan jaminan bekerjanya program pemerintahan yang diberikan Golkar via DPR. ***

Terlepas dari itu semua, penulis berharap koalisi yang dibangun harus tetap berlandaskan pada pembentukan koalisi permanen. Koalisi terebut mesti diikat lewat kontrak yang detail dan terbuka menjadi standar etika dan fatsun politik baru yang harus dilakukan oleh calon presiden dan wakil presiden ke depan. Kejelasan bentuk koalisi 2009-2014 harus menjadi perhatian serius semua elite politik, pers, penggiat demokrasi, dan kalangan akademis demi menjaga keindahan demokrasi dan keajekan jalannya pemerintahan negeri ini.

Meskipun sementara jumhur ahli politik berkesimpulan bahwa presidensialisme dan multipartai adalah kombinasi yang sulit, partai pemenang 2009 harus sanggup membuktikan bahwa anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Itu akan tercapai jika etika politik koalisi dikedepankan dengan menghormati partai utama dalam menentukan soal pencapresan dan membagi portofolio kabinet bersama-sama di bawah kepemimpinan presiden terpilih.

Seperti hasil penghitungan suara yang kita saksikan sekarang, konsekuensi multipartai adalah tiadanya pemenang pemilu mayoritas. Sementara konsekuensi presidensialisme adalah terpilihnya presiden yang populer di mata rakyatnya. Jebakan perkawinan ini adalah bisa jadi presiden terpilih bukan berasal dari partai politik mayoritas meskipun dia bisa jadi pemenang mutlak. Atau, meskipun berasal dari partai pemenang pemilu legislatif, presiden terpilih belum memiliki dukungan yang cukup untuk mengamankan roda pemerintahan yang dia pimpin karena kemenangannya belum mayoritas.

Kemungkinan pertama sudah kita alami pada 2004 dan kita sudah sama-sama menjadi bagian dari sejarah negeri yang belajar berdemokrasi ini. Sementara hari ini, kemungkinan kedualah tampaknya yang sedang menghadang di depan mata. Hasil penghitungan suara cepat dari tiga lembaga survei (Lembaga Survei Indonesia, Cirus, dan LP3ES) memperlihatkan munculnya dua kelompok partai hasil Pemilu 9 April 2009.

Kelompok pertama adalah partai papan atas, yakni Partai Demokrat dengan perolehan suara di kisaran 20-21%, PDIP dan Partai Golkar di kisaran 14-16%. Kemudian kelompok kedua adalah partai-partai kelas menengah, yakni PKS, PAN, PKB, PPP, Gerindra, dan Hanura, dengan perolehan suara di kisaran 3-8%. Pada akhirnya, tidak semua partai itu akan berkuasa di eksekutif. Bakal terjadi pembelahan koalisi partai berkuasa dan koalisi partai oposisi.

Ini wajar dalam sistem multipartai di legislatif dan presidensial di eksekutif. Penulis berharap tiga partai papan atas tersebut (Demokrat, Partai Golkar, dan PDIP) tidak maju sendiri-sendiri dalam pencapresan dengan mengajak koalisi partai sedang dan partai-partai kecil yang tidak mempunyai kursi di DPR karena dengan demikian siapa pun nanti yang menang dalam pilpres, dengan skenario satu putaran, pemerintahan yang terbentuk akan lemah.

Ini terjadi karena kekuatan politik di DPR tidak besar, tetapi minoritas. Dengan demikian, harapan akan terbentuk pemerintahan yang kuat dan efektif akan "jauh panggang dari api". Sehubungan dengan itu, saya berharap partai-partai politik dalam berkoalisi juga mempertimbangkan pemerintahan yang akan terbentuk nanti, jangan sampai tidak kuat dan efektif.

Meski demikian, jangan sampai juga semua partai berkumpul dalam satu blok. Perlu ada kekuatan oposisi yang berarti di DPR agar mekanisme checks and balances terbangun dengan baik.(*)

Lili Romli
Peneliti Pusat Kajian Politik UI

Rabu, 22 April 2009

mungkin bimbang

ngomongin masalah kampus, ga semudah yang jadi obrolan anak2 kampus. ini bukan tentang akademik, ada hal laen yang jadi penunjang yang butuh perhatian.

kondisi komsospol yang ga bisa dipungkiri ngalamin degradasi bener2 butuh kader2 yang siap kembali ngebangunnya. ketum udah kepilih. dan ga cuma sampe disitu. gema, sang ketum lagi giat2nya konsolidasi ke semua kader, termasuk gw.

awalnya gw ga masalah untuk gw d tempatkan dalam struktural. tapi jadi kepikiran ketika beberapa oknum coba mengarahkan gw untuk megang utu biro yang... apa ya... yang jelas gw ga yakin untuk hal itu. karena gw sangat sadar gw sangat ga kapabel untuk hal yang satu itu.

tapi untuk yang laen juga, gw ga begitu yakin. begitu besar amanahnya. sekarang, kenapa gw jadi agak ragu.

mungkin gw harus mencukupkan tulisan ini. gw takut semakin gw bahas, semakin gw jadi bertambah ragu untuk hal ini.

Minggu, 19 April 2009

terpaksa



karoke aja ma temen2 sma paz ngerayain ultah kemaren. sebenernya ga ngerayain juga sih.. cuma karena dipaksa dyorang aja.

nonton tv

ga bisa dipungkiri,, sebagian besar waktu gw dalem sehari banyak di depan tv. dari bagun tidur, gw nonton acara gosip2 gitu..ampe lanjut ke acara musik... yang hampir setiap stasiun televisi punya program acara masing2.

ngonongin soal acara musik, beberapa hari yang lalu, gw nonton acara musik punyanya sctv, alias inbox. wah, ternyata salah satu presenternya si Sheila Marcia. artis yang itu tuh... pada tau semua kan?? hmmm, hal yang dapet gw tangkep dari itu bahwa masa lalu ga bisa gitu aja jadi penghalang buat kita untuk kembali eksist. pelajaran yg bagus. selaen itu, yg gw dapet... apa ya.. gw nyorotin tentang bintang tamunya. ahmad dhani. seseorang yang beberapa tahun yg lalu gw ajungin jempol atas kreatifitas serta kehebatannya dalam bermusik. tapi semakin kesini, gw jadi jijik. ketika seorang ahmad dhani mulai ambil posisi vokalis. sebenernya ga terlalu masalah sih.. yg gw permasalahin itu ketika dia tampil secara live diberbagai acara, belum pernah dia nyanyi tanpa lipsing. najis bgt gw!! gw ga suka ama penyanyi yang pada saat tampil di acara live tapi lipsing. buat apa dia dateng kalo cuma ngegerak-gerakin bibirnya, komat kamit, biar dikira nyanyi. uh, males bgt liatnya. mending ga usah tampil aja, udah aja gitu denger kaset atau cd-nya. pokonya gw najis bgt lah ama penyanyi yg kaya gini. ga asik.

wah,, gw emosi bgt kayanya.

balik lagi ke soal nonton tv. setelah hampir semua stasium televisi menyuguhkan acara gosip dan acara musik di jam yang hampir bersamaan itu (malah ada yang sama bgt)baru deh gw beberes. berangkat deh ke kampus. pulang kampus, nangkring lagi d depan tv. karena gw pulang sore menjelang malam, jadi tontonan gw ga jauh2: sinetron2 yg ga jelas itu. eh, tapi sejak rumah pasang indovision, jadi punya alternatif deh buat nonton film2 di beberapa chanel movie. nontonya ampe gw ketiduran neh...

lah,, kalo nonton tv mulu, kapan gw ngerjain skripsi?????

ya ampyun.... yodah lah. gw mo nyoba ngetik2 apa kek. duh, nonton tv enggak, malah nge-blog!!

Rabu, 08 April 2009

jual hp

pusing.... jadi gw jual aja 2 hp gw yg tak seberapa itu.
dan pemebelinya adalah si jumapri. dengan harga yg dibawah standar.
terserah lah... udah bosen gw.

Rabu, 01 April 2009

ikhlas

gw mencoba iklas atas apa yang gw ketahui yang sebenernya nonjok bgt di hati